Senin, 19 Juli 2010


Kenaikan Harga Telur


Harga telur ayam boiler di pedagang eceran dan agen telur di Jakarta, melonjak dalam sepekan ini. Kini, harga telur mencapai Rp16.000 perkg atau mengalami kenaikan Rp4.000. Kenaikan yang mengejutkan bagi konsumen terkesan sangat mendadak, diduga kuat berlatar efek dari kenaikan harga sembako yang tidak segera menurun.

Dampaknya, kini banyak konsumen kelas bawah bahkan ada beberapa penjual makanan memburu telur ayam yang retak atau cliren. Karena dijual dengan harga yang lebih murah ketimbang telur utuh. Harga telur retak mencapai Rp13.000 - 14.000 perkg.

"Dalam satu peti, pasti ada yang retak. Jumlahnya bisa mencapai 1 kg lebih. Telur tak utuh itu bisa kita jual lagi, ternyata banyak yang beli. Memang harganya selisih Rp3.000, namun uang sebesar itu sangat berarti bagi masyarakat kecil," papar Ida, karyawan agen telur di kawasan Cipulir Jakarta Selatan, Ahad (18/7/2010)

Pembelinya memang banyak, sambung dia, namun karena jumlahnya sangat terbatas sehingga cepat habis. Jadi siapa yang duluan, ya pasti dapat. Jika sudah habis, umumnya pembeli membeli telur utuh namun biasanya hanya setengah kilogram.

Mamat, pedagang telur di Pasar Kebagusan Jakarta Barat mengakui umumnya konsumen mencari telur retak lebih dulu, karena harganya miring juga telur itu masih layak dikonsumsi. Telur retak itu bukan telur busuk, cuma retak-retak akibat tertindih atau tergesek saat di dalam peti.

"justru telur retak bisa melihat dan menghembus baunya, apakah telur itu busuk secara alamiah atau tidak. Umumnya kita beli telur utuh, kan tidak tau telur itu busuk atau tidak. Jadi memang ada untungnya beli telur retak, namun asumsi masyarakat memang tak enak jika mendengar telur retak," jelasnya yang mengaku sehari bisa menjual telur retak sampai 10 kg lebih


Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak dapat lepas dari bahan kebutuhan pokok, bahkan dapat dikatakan hidupnya tergantung dari terpenuhinya kebutuhan pokok tersebut.

Hal itu wajar karena dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perlu mengonsumsi bahan kebutuhan pokok untuk memenuhi asupan gizi bagi tubuh, seperti protein, karbohidrat, mineral, dan kalsium.

Asupan itu bermanfaat bagi tubuh agar tetap dalam kondisi tidak kekurangan gizi. Untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut selain persediaan juga dipengaruhi faktor harga, yang berkaitan dengan daya beli masyarakat.

Ketika harga kebutuhan pokok itu naik cukup tinggi, sebagian besar warga pasti mengeluh, karena akan menambah beban anggaran rumah tangga sehari-hari. Kondisi itu juga akan menyedot anggaran untuk kebutuhan lain.

Untuk menyikapi kenaikan harga kebutuhan pokok, warga terpaksa melakukan langkah terobosan agar tetap dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Langkah itu di antaranya memperketat pengeluaran untuk kebutuhan lain dan mengurangi porsi belanja.

Seperti kita tahu, harga komoditi favorit kita mempunyai karakteristik perubahan harga yang sangat dinamis. Bahkan beberapa waktu lalu Central Unggas sebagai salah satu penyedia info harga telur (dan beberapa komoditas lain terkait dengan usaha peternakan telur) terpercaya, dalam sehari harus mengirim sms info kepada para membernya sampai beberapa kali. Kutipan “harga telur horn naik lagi” pada pukul 13.00 bisa jadi membuahkan senyum manis bagi yang masih stock namun bisa juga menjadi berita buruk bagi peternak atau pedagang yang sudah terlanjur melepas barang dalam jumlah banyak.

Pada edisi 07/ Juli 2009 buletin Info Medion menyajikan grafik harga rata-rata telur tiap Kg di Pulau Jawa, dari grafik tersebut kita bisa lihat pola pergerakan rata-rata harga telur per bulan antara tahun 2007 – 2008 hampir sama. Fluktuasi paling mencolok terjadi di akhir bulan Mei pada tahun 2008, dimana terjadi kenaikan harga hampir Rp. 4000,00 / kg dalam kurun waktu 2 minggu, namun fenomena ini tidak berlangsung lama pada awal bulan Juni harga terjun bebas sampai level Rp. 9.000,00 pada pertengahan bulan Juni. Pergerakan harga pada bulan-bulan berikutnya relatif normal sampai pada akhir bulan November dimana harga kembali jatuh sampai di kisaran Rp. 9.500,00. Pada akhir tahun 2008.

Analisa:

Kenaikan harga telur tersebut disebabkan meningkatnya jumlah permintaan menjelang bulan suci Ramadhan.
Banyaknya kebutuhan akan telur pada bulan Ramdhan tersebut, ditengarai untuk kemudahan ibu rumah tangga dalam menyajikan berbagai hidangan sahur mau pun berbuka puasa.
Selain itu, telur juga banyak dibutuhkan sebagai bahan pembuatan kue lebaran yang lazim dilakukan seluruh ibu rumah tangga.

Terhambatnya pasokan selain akibat faktor cuaca, kelihatannya juga dari terpengaruh harga pakannya. Itu yang menyebabkan produksi sedikit terhambat.


Jika harga pakan ternak mengalami kenaikan, mengakibatkan biaya produksi telur dan ayam akan naik. Hal ini akan mengakibatkan permintaan produksi menurun, seperti yang ditunjukan dalam kurva S bergeser ke kiri menjadi S1.

Kenaikan harga secara umum sebagaimana terlihat dari naiknya P menjadi P1. Selain itu, barang produksi mengalami penurunan sehingga barang menjadi langka dapat dilihat bergesernya titikQ ke kiri, yaitu dari titik Q menjadi Q1. Hal ini yang merupakan salah satu penyebab kenaikan harga pada telur.


Sumber :

http://centralunggas.blogspot.com/2009/07/dinamika-harga-telur-3-tahun-terakhir.html#ixzz0u7YmoQJh

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/07/06/17575832/Harga.Telur.Naik..Daging.Ayam.Meroket

http://www.kabarbisnis.com/aneka-bisnis/2813312-_Harga_telur_melonjak__konsumen_buru_telur_retak_.html



0

0 komentar:

Posting Komentar